Sekutu Pernah Merencanakan Pangkalan Udara Di Selayar? ini penjelasan singkatnya

Porostengah.comSelayar. Sejak Wright Bersaudara berhasil menerbangkan pesawat bermesin di Amerika pada tahun 1903, pesawat terbang mulai diperhitungkan sebagai kekuatan penting guna memukul musuh dari udara. Ribuan pesawat tempur dan pembom kemudian diterbangkan ke berbagai front baik di Eropa selama Perang Dunia I ditambah front Asia-Pasifik saat berlangsung Perang Dunia II. Wilayah udara Hindia Belanda pun menjadi medan duel pesawat tempur Sekutu versus Jepang antara tahun 1942 sampai 1945.

 ~ Dalam sebuah laporan berlabel “restricted” Sekutu memaparkan lokasi yang cocok untuk membangun pangkalan udara, lokasi pendaratan penerjun dan area lepas landas seaplane di Wilayah Selayar.

Peta area pendaratan seaplane antara Pulau Selayar dan Pulau Pasi (Repro Special Report No. 80 Makassar SW Celebes – Allied Geographical Section SWPA, August 1945)

Pesawat yang akan diterbangkan jelas butuh landasan sebelum diluncurkan ke udara sekaligus tempat mendarat setelah beroperasi. Pulau Biak dan Morotai misalnya, dua pulau di antara sekian pulau di Hindia Belanda pernah digunakan Jepang sebagai sarang pesawat tempur mereka.

Akan halnya Kepulauan Selayar, kendati belum ditemukan adanya bekas-bekas pangkalan udara, namun berpuluh halaman dari sebuah dokumen bertajuk “Special Report No. 80 Makassar SW Celebes – Allied Geographical Section SWPA” yang terbit bulan Agustus 1945 membuktikan bahwa  Sekutu sebagai rival Jepang telah mendata dengan sangat detail setiap jengkal area yang berpotensi dijadikan pangkalan udara, lokasi pendaratan penerjun dan area lepas landas seaplane (pesawat dengan kemampuan lepas landas dan mendarat di air) di kepulauan sebelah selatan Sulawesi ini.

Landasan Pesawat

Tertulis dalam laporan tersebut bahwa tidak ada bandar udara di Pulau Selayar namun ada tempat yang memungkinkan untuk pendaratan pesawat antara lain di ujung utara pulau (sekitar Kampung Karamaija, Tangnga-tangnga dan Bonelohe) serta pesisir sempit antara Kampung Bonelohe dan Polong dengan orientasi utara-selatan.

Selain memaparkan topografi, terdapat  informasi sumber logistik dan material yang bisa dimanfaatkan di sekitarnya.

“Meskipun air langka di musim kemarau, namun bisa diperoleh dari sumur dangkal di dekat Kampung Karamaija, Tangnga-tangnga dan Bonelohe. Karang dan batu kapur tersedia di sini. Sedangkan kerikil dapat diperoleh dari dasar sungai lebih jauh ke selatan dari lokasi ini,” tulis laporan tersebut.

Lokasi pendaratan pasukan penerjun

 Wilayah yang cocok dijadikan tempat mendaratkan pasukan penerjun menurut laporan tersebut adalah Pulau Pasitanete (sebelah utara Pulau Selayar)  dan Pulau Pasi (sebelah barat Pulau Selayar).

Pendaratan seaplane

Dornier Do-24, seaplane masa Perang Dunia II (wikimedia commons)

 Selain wilayah darat, wilayah perairan Selayar juga didata untuk mendaratkan seaplane. Di antaranya celah antara Pulau Selayar dan Pulau Pasi. Sedangkan tempat berlabuh pesawat adalah Pelabuhan Benteng dan sebuah pantai kecil arah selatan daya Pulau Pasi.

“Menurut pilot Belanda, enam pesawat bisa berlabuh di sebelah selatan Dermaga Benteng saat musim timur. Di sini kedalamannya antara 1,5 sampai 2,5 Fathom.  Juga terdapat 6 titik untuk menjangkarkan kapal pembantu. Pesawat dapat take off di Pelabuhan Benteng pada siang hari. Pesawat juga bisa berlabuh di sebuah pantai kecil arah selatan daya Pulau Pasi, seberang Kampung Padang. Perahu bisa digunakan untuk pengisian bahan bakar. Pesawat-pesawat yang berlabuh tidak akan kelihatan dari laut lepas”, demikian beberapa kutipan laporan tersebut.

Dengan terbitnya laporan ini patut diduga bahwa Sekutu memang pernah merencanakan semacam pangkalan udara di Selayar.

sumber : Amran

editor    : Nur Kamar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *