Sekilas Perkembangan Sekolah Zaman Belanda Di Selayar

Anak-anak sekolah dalam acara perayaan 25 tahun pemerintahan Ratu Wilhelmina di Selayar ( foto repro dari KILTV, 1923)

Porostengah.com – Selayar. Pendidikan formal di Selayar telah dimulai sejak masa kolonial Belanda. H. E. D Engelhard dalam “De staatkundige en economische toestand van het eiland Saleijer” (de Indische Gids, 1884) menulis bahwa sekolah pertama berdiri pada tahun 1864, bertempat di ibu kota (Benteng). Pendirinya tidak lain adalah kontrolir atau Petoro A.L.H.A Nagel. Muridnya terdiri dari putra-putra para opu yang penyelenggaraannya cukup teratur. Namun karena kurang mendapat dukungan, sepeninggal Sang Petoro, sekolah ini pun tutup.

Anak-anak sekolah dalam acara perayaan 25 tahun pemerintahan Ratu Wilhelmina di Selayar ( foto repro dari KILTV, 1923)

Sekitar tahun 1879 Pemerintah Belanda kembali membuka sekolah dan mengirim pengajar ke Selayar. Selain di Benteng, sekolah juga didirikan di Bonea, Benteng dan Ballabulo. Tiap sekolah memiliki murid sekitar 30 orang.

Tidak hanya putra pemimpin distrik (opu) dan bangsawan yang mengambil bagian dalam pendidikan, tetapi juga mereka yang kurang beruntung, terutama di ibu kota, dengan bersemangat memanfaatkan kesempatan untuk mengajar mereka membaca dan menulis bahasa nasional secara gratis, dan jika mungkin juga dalam berbicara dan menulis bahasa Melayu.

Pada saat yang sama setelah menjabat gallarang, di rumah Gallarang Benteng Djamaloeng Daeng Mapata, oleh istrinya, juga di buka kursus harian untuk anak perempuan, yang mengajarkan bahasa nasional serta bahasa Melayu. Sekolah ini diikuti oleh tujuh hingga sembilan siswa.

Seiring penerapan program educatie sebagai bagian dari kebijakan “balas budi” persekolahan mulai ditata lebih baik. Widayanti dalam “Sejarah Pendidikan Sekolah Rakyat Di Selayar ( 1950-1959)” menyebut bahwa sekitar tahun 1907-1910 telah didirikan Volkschool di Selayar.

Mengutip jakarta-tourism.go.id, Volkschool lebih dikenal dengan nama sekolah desa. Didirikan pada tahun 1907. Lama belajar 3 tahun. Volkschool diperuntukkan bagi anak-anak pribumi yang tinggal di desa-desa. Pendirian sekolah ini didasarkan tuntutan kepentingan pembangunan perekonomian negara secara ekstensif, Belanda terpaksa memberikan kesempatan pendidikan kepada lapisan bawah penduduk pribumi.

Jumlah sekolah bertambah satu dekade berikutnya. Menurut Christiaan Heersink dalam Dependence On Green Gold a Socio-economic History of the Indonesian Coconut Island Selayar (1999), sekitar tahun 1920-an sekolah-sekolah mulai dibuka di hampir tiap regenschaap.

Beberapa tokoh Selayar yang pernah menjadi guru di Volkschool antara lain Hamang DM (seminar) dan Komandan AMRIS Syafaruddin (Muchtar Adam dalam “Sejarah Perjuangan Selayar – H. Balasong”)

Selain volkschool, atas prakarsa tokoh-tokoh Muhammadiyah, diselenggarakan pula sekolah dasar HIS Muhammadiyah.

Menurut Lenrawati, salah satu eks bangunan sekolah zaman Belanda berada di Jalan Kartini, Benteng. Saat ini menjadi gedung SMK Negeri I Selayar.

“Lokasi ini awalnya hanya terdapat sebuah bangunan yang terbuat dari bahan kayu yang digunakan sebagai sekolah pada masa pemerintahan Belanda. Sekolah pada masa pemerintahan Belanda di wilayah Benteng hanya setingkat SD sampai kelas 6”, tulis Lenrawati dalam “Pemukiman Masa Kolonial Di Kota Benteng Selayar” (2016)

(Amrantriplea/redaksi)

error: Content is protected !!
Exit mobile version