Porostengah.com, Luwu Utara – Malangke adalah tanah leluhur, hari ini menjadi langganan banjir. Ini menjadi tamparan keras kepada kita semua, terutama kepada pemerintah Daerah kabupaten luwu Utara yang tidak mampu menjaga dengan baik tanah leluhur.
Di Malangke terdapat makam bersejarah, yaitu makam raja Luwu ke 15 Andi Pattiware’ Pati Arase’ Daeng Parabung Sultan Muhammad Petta Matinro-E ri Pattimang (biasa juga disebut La Pattiware’) dan kompleks tersebut telan menjadi cagar budaya, di tahun 2024 ini pertama dalam sejarah nya kompleks makan datu Luwu ke 15 ini terendam.
Ini menjadi teguran dari yang mahakuasa kepada pemangku kebijakan yang telah di amanahkan memimpin di Luwu Utara bahwasanya di Malangke ini sedang tidak baik baik saja Namum tidak ada upaya untuk memberikan solusi terbaik terhadap banjir ini
Banjir yang tak kunjung berhenti datang terus menerus hari demi hari, merusak lahan pertanian, pemukiman penduduk, akses jalan jadi lumpuh, ekonomi masyarakat juga kini menjadi lumpuh, tapi hari ini kita tidak melihat adanya upaya pemerintah daerah kabupaten Luwu Utara untuk menangani persoalan banjir ini.
Maka dari itu Senin 05/08/2024 ALIANSI MASYARAKAT KORBAN BANJIR MALANGKE RAYA (ALKOBAR) MALANGKE RAYA, Melakukan aksi demontrasi di depan monumen Masamba affair, dan di depan gedung BUPATI LUWU UTARA
Salah satu pemuda yang menjadi koordinator aksi mengatakan ” kepada seluruh masyarakat, pemuda, saudara, dan saudari yang ada di Malangke raya, terutama kita yang terdampak langsung oleh banjir, baik itu Rumah, Kebun, sawah dan lahannya yang setiap harinya terkena banjir
Mari kita turun dan tunjukkan bahwa hari ini kita marah dan sangat tidak nyaman dengan kondisi ta sekarang dan ini menjadi momentum untuk kita menyampaikan keluh kesah kita semua”
Dalam aksi tersebut ALKOBAR Ini menuntut beberapa hal yaitu:
1. Pemda harus segera mengatasi permasalah banjir di Malangke, dengan menutup Aliran sungai Baliase yang masuk ke aliran sungai Masamba, yang di mana saat ini kurang lebih 90% air sungai baliase masuk ke aliran sungai Masamba sehingga mengakibatkan luapan air di sepanjang aliran sungai Masamba yang melintas di kecamatan Malangke
2. Kami meminta hasil SID (Survey Investasi dan Design) Sungai Masamba yang menjadi dasar untuk mengetahui apa permasalahan di sungai Masamba kenapa bisa terjadi banjir terus menerus
3. Membuat jalan alternatif atau mencari jalan Alternatif dan memperbaiki jalan tersebut, sebagai pilihan kedua ketika jalan yang di daerah labalubu tergenang banjir
4. Sebagai penanganan jangka panjang kami meminta Pemda untuk segera melakukan normalisasi sungai Masamba Dan sungai Pattimang
5. Meminta kepada pemerintah daerah kabupaten Luwu Utara untuk melakukan Tranparansi dan keterbukaan informasi publik terkait progres penanganan banjir yang ada di Malangke Raya
Koordinator aksi juga mengatakan dalam orasinya “Kesejahteraan tidak akan di dapatkan oleh masyarakat Malangke raya, ketika banjir tak kunjung di tangani oleh pemerintah, tidur kami tidak akan nyenyak di setiap malam nya ketika tidak ada penanganan khusus oleh pemda Lutra untuk menyelesaikan persoalan banjir ini, karena kami bisa saja kebanjiran walaupun kondisi Malangke kemarau, karna hujan nya di Masamba bisa menjadi sebab kami kebanjiran, ini sungguh sangat menyiksa kami
Kami juga sampaikan apabila tuntutan kami tidak terselesaikan maka jangan salahkan kami kalau kami kembali melakukan aksi demontrasi di depan kantor bupati” tutup Herwin selaku koordinator aksi.