SELAYAR | POROSTENGAH.COM – Dugaan penyajian menu berjamur dan busuk dalam Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) kembali mencuat di Kabupaten Kepulauan Selayar. Kasus ini disebut terjadi di dua sekolah, yakni UPT SDI Tanabau Nomor 80 dan UPT SDN Padang 03 Kepulauan Selayar, dengan penyedia menu berasal dari SPPG Bontoharu, pada bulan Oktober lalu.
Koordinator Wilayah LSM LIRA Sulawesi Selatan, Zulkarnain, turut menyoroti kejadian tersebut. Ia menilai hal ini menunjukkan lemahnya pengawasan dan adanya indikasi pihak penyedia terlalu berorientasi pada keuntungan semata.
“Terlalu kejar untung, ya begitulah jadinya. Harusnya menu yang disajikan tidak cepat rusak. Kasihan anak-anak yang jadi korban,” tegas Zulkarnain saat dimintai tanggapan, Sabtu(08/11/2025).
Ia juga menyayangkan tidak diberdayakannya pelaku usaha lokal dalam pelaksanaan program tersebut. Padahal, menurutnya, Selayar memiliki potensi hasil laut yang sangat besar.
“Selayar ini kan pulau, ikan melimpah. Mestinya menu diselingi ikan, biar bergizi dan sesuai potensi daerah,” lanjutnya.
Sementara itu, seorang tenaga pendidik yang identitasnya enggan disebut dari UPT SDN Padang 03 Kepulauan Selayar membenarkan peristiwa tersebut.
“Iyyye, bersamaan itu hari, yang di SD Tanabau,” ujarnya saat dikonfirmasi porostengah.com, Jumat (7/11/2025).

Sebelumnya, pihak UPT SDI Tanabau Nomor 80 Kepulauan Selayar mencatat bahwa tempe dalam menu MBG yang diterima sekolah ditemukan dalam kondisi berjamur dan berbau. Dalam berita acara penerimaan makanan, bahkan tercantum catatan khusus:
“Tempe sudah membusuk dan berjamur.”
Salah seorang guru di sekolah itu juga mengungkapkan bahwa beberapa siswa sempat muntah setelah menyantap makanan dari program tersebut.
“Setelah diperiksa, tempenya memang sudah berjamur dan berbau,” katanya, Kamis (6/11/2025).

Namun, tudingan tersebut dibantah oleh pengelola Satuan Pelaksana Pemenuhan Gizi (SPPG) Bontobangun sekaligus ASN Pemkab Kepulauan Selayar, Andi Asling. Ia menegaskan bahwa informasi yang beredar di publik merupakan bentuk kesalahpahaman.
“Tidak benar dan tidak etis jika kami membagikan makanan yang dapat merugikan penerima manfaat,” ujarnya.
Menurut Asling, foto-foto yang tersebar di media sosial tidak menggambarkan makanan yang didistribusikan kepada sekolah, melainkan sisa makanan yang sudah dibuang ke tempat pembuangan.
“Itu sampah, bukan paket makanan yang kami kirim,” katanya menegaskan.
Kasus ini menambah sorotan publik terhadap pelaksanaan Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Kepulauan Selayar. Publik kini menanti langkah tegas dari pihak berwenang untuk memastikan mutu, kebersihan, dan keamanan makanan yang diterima oleh para peserta didik.

















