PMB UM Bulukumba BRI KCP RATULANGI
BRI KCP RATULANGI

BEM FISIP Unismuh Makassar: Organisasi Tanpa Gerak, Kepemimpinan Tanpa Arah

Melihat kondisi BEM FISIP Unismuh Makassar di bawah kepemimpinan sodara Rifky nur Ichwan saat ini, sangat disayangkan bahwa selama hampir satu periode kepengurusan, hanya satu program yang dijalankan secara nyata. Padahal, sebagai representasi mahasiswa di tingkat fakultas, BEM memiliki peran strategis dalam menjembatani aspirasi mahasiswa, serta menjadi motor penggerak dalam menghadirkan perubahan yang positif di lingkungan kampus.

BRI KCP Ratulangi PT. MASMINDO DWI AREA BROSUR PMB UM BULUKUMBA 2025 KPU PALOPO iklan berbayar Dirgahayu 27 Tahun Masmindo Dwi Area Pengumuman Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Palopo Tahun 2024 Pasca Putusan MK

Minimnya program kerja yang terealisasi mencerminkan lemahnya perencanaan, eksekusi, atau bahkan mungkin kepedulian dari pengurus terhadap tanggung jawab yang mereka emban. Lebih ironis lagi, ketika BEM yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam merespons isu-isu nasional, universitas, maupun fakultas, justru terlihat pasif dan tidak peka terhadap dinamika yang terjadi di sekelilingnya.

Kondisi ini menunjukkan adanya krisis orientasi gerakan mahasiswa. BEM bukan sekadar pelengkap organisasi kampus, tetapi merupakan wadah aktualisasi intelektual dan sosial mahasiswa. Ketika suara mahasiswa tidak lagi diwakili, ketika isu-isu strategis dibiarkan tanpa sikap, maka fungsi utama BEM telah kehilangan ruhnya.

Selain itu, satu hal yang semakin mempertegas minimnya keberpihakan BEM terhadap aspirasi mahasiswa adalah peran mereka yang hanya terbatas pada menghadiri undangan sambutan atau acara seremonial. Padahal, sebagai lembaga yang seharusnya menjadi jembatan penghubung antara mahasiswa dengan pihak fakultas maupun universitas, peran aktif BEM harusnya lebih dari sekadar menjadi tamu dalam acara formal.

Menghadiri acara tanpa memberikan kontribusi nyata dalam bentuk diskusi, advokasi, atau bahkan kritik konstruktif terhadap kebijakan yang ada, membuat keberadaan BEM semakin terkesan hanya untuk memenuhi tuntutan administratif saja. BEM seharusnya hadir bukan hanya sebagai simbol formalitas, tapi sebagai agen perubahan yang memberikan dampak langsung bagi kehidupan kampus dan mahasiswa secara umum.

Masalah lainnya yang juga patut menjadi perhatian adalah komposisi pengurus BEM yang sebagian besar tidak memiliki latar belakang kaderisasi dari himpunan mahasiswa jurusan. Minimnya keterlibatan kader himpunan membuat BEM kehilangan fondasi gerakan yang kuat. Kaderisasi di himpunan sejatinya melatih kepekaan sosial, kemampuan analisis isu, serta semangat perjuangan mahasiswa—nilai-nilai yang justru menjadi modal utama dalam memimpin lembaga sebesar BEM.

Ketika BEM diisi oleh orang-orang yang tidak tumbuh dari proses kaderisasi yang matang, maka arah gerakan pun menjadi kabur. Tidak ada semangat kolektif, tidak ada pemahaman mendalam tentang kultur perjuangan mahasiswa, dan akhirnya tidak ada keberanian untuk bersuara lantang atas ketimpangan yang terjadi.

Sudah saatnya dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja dan arah gerakan BEM FISIP Unismuh Makassar di bawah kepemimpinan sodara Rifky Nur Ichwan. Mahasiswa sebagai konstituen harus kembali kritis, tidak apatis, dan berani menuntut pertanggungjawaban. Kepemimpinan organisasi tidak boleh dijadikan ajang formalitas semata, melainkan harus benar-benar digunakan untuk membawa perubahan yang berarti.

PT. MASMINDO DWI AREA
PMB UM Bulukumba
error: Content is protected !!