Maros, Sulawesi Selatan – Desa Samangki, yang terletak di Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, dikenal sebagai salah satu penghasil jagung terbesar di daerah ini. Namun, desa ini tidak hanya terkenal karena hasil pertaniannya, tetapi juga karena budaya yang dijaga dan dilestarikan oleh masyarakatnya secara turun-temurun, yaitu tradisi “Annyappe Biralle” atau memetik jagung.
Kegiatan Annyappe Biralle telah menjadi tradisi tahunan yang diadakan oleh masyarakat Desa Samangki. Menurut Ketua Lembaga Adat Pitu Wanua, Hasrullah, kegiatan ini bukan hanya sekadar bentuk kerja, tetapi juga sebagai upaya untuk memperkenalkan potensi lokal, khususnya jagung, yang merupakan sumber pangan penting bagi leluhur mereka. “Tradisi ini mencerminkan semangat gotong royong dan kekompakan warga desa,” ungkap Hasrullah.
Kepala Desa Samangki Hj. Darwana mengatakan, jagung dari Desa Samangki tidak hanya dipanen, tetapi juga diolah menjadi berbagai produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
“Kita juga berdayakan masyarakat dengan produksi UMKM seperti Barobbo, dodol jagung, dan buras jagung.” Ujar Hj. Darwana
Hal ini menjadikan jagung dari desa ini berperan penting dalam perekonomian Kabupaten Maros.
Selain Annyappe Biralle, kegiatan ini juga dirangkai dengan pameran budaya yang menampilkan berbagai koleksi benda pusaka, terutama badik, yang menjadi simbol sejarah dan budaya masyarakat setempat. Pameran ini berhasil memadukan nuansa tradisional dengan keindahan sejarah, serta memberikan edukasi kepada generasi muda tentang pentingnya melestarikan budaya lokal yang diwariskan oleh leluhur.
Desa Samangki membuktikan bahwa budaya bertani dan budaya tradisional dapat berjalan beriringan. Masyarakat desa terus berupaya menjaga kelestarian tradisi sambil tetap menjadi penghasil jagung terbesar di Maros.
Dengan semangat gotong royong dan pelestarian budaya, Desa Samangki menjadi contoh nyata bagaimana tradisi dan pertanian dapat saling mendukung dalam membangun perekonomian lokal.