Alita Karen dalam materinya menjelaskan bahwa perempuan memiliki peran kunci dalam menghadapi dampak perubahan iklim, terutama dalam menjaga ketahanan pangan keluarga.
“Perempuan memiliki potensi besar dalam menciptakan solusi berbasis masyarakat, baik dalam hal pemanfaatan sumber daya alam yang ramah lingkungan maupun dalam menjaga keberlanjutan pangan,” ujarnya.
Salah satu peserta, Umar, yang berasal dari Desa Mangeloreng, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, mengungkapkan pendapatnya tentang pentingnya kegiatan inklusi ini. “Ini pertama kalinya saya mengikuti kegiatan seperti ini, dan saya merasa sangat penting untuk memahami isu perubahan iklim, terutama di desa kami yang sudah merasakan dampaknya. Kegiatan ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana kita bisa berkontribusi untuk mengurangi dampak perubahan iklim,” kata Umar.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Maros, Idrus, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam menghadapi isu global seperti perubahan iklim. “Sebanyak 12 desa dari empat kecamatan di Kabupaten Maros menjadi bagian dari program binaan Inklusi Bakti, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam mengatasi perubahan iklim,” ungkap Idrus.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Kabupaten Maros, khususnya dalam meningkatkan kesadaran dan kapasitas mereka dalam beradaptasi dengan perubahan iklim serta memperkuat ketahanan pangan yang berbasis pada kearifan lokal.