SELAYAR | POROSTENGAH.COM – Ironi di balik program Makanan Bergizi Gratis (MBG) kembali menyeruak. Alih-alih memberi gizi, menu yang dibagikan kepada siswa justru diduga membawa penyakit.
Salah satu menu berupa tempe berjamur dan membusuk ditemukan di UPT SDI Nomor 80 Kepulauan Selayar, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar, pada 16 Oktober 2025 lalu.
Menurut sumber terpercaya, insiden itu sempat membuat guru dan orang tua siswa panik. Pihak sekolah bahkan langsung melayangkan pemberitahuan resmi kepada penyelenggara SPPG Bontobangung, sebagai bentuk protes atas kualitas makanan yang diterima siswa.
Salah seorang tenaga pendidik membenarkan kejadian tersebut. Ia mengaku beberapa siswa sempat muntah usai mengonsumsi makanan dari program MBG.
“Setelah diperiksa, tempenya memang sudah berjamur dan berbau,” ujarnya singkat. Kamis 6 November 2025
Dalam berita acara penerimaan paket makanan, pihak sekolah menuliskan catatan khusus berbunyi: “Tempe sudah membusuk dan berjamur.”

Catatan itu diterima dan ditandatangani langsung oleh tenaga pendidik penerima paket program.
Kasus ini kembali mencuat setelah adanya klarifikasi dari pengelola SPPG, Andi Asling, yang juga ASN di lingkup Pemkab Kepulauan Selayar serta Sekretaris Yayasan Assoong Kabajikan Silajara, pada Rabu (5/11/2025) di salah satu media online lokal.
“Tidak benar dan tidak etis jika kami membagikan makanan yang dapat merugikan penerima manfaat. Tempe yang dimaksud dalam postingan itu adalah sisa makanan dan sampah yang sudah berada di tempat pembuangan. Ini adalah kekeliruan informasi,” tegas Asling.
Yang sebelumnya pada pernyataan Pihak Penanggung Jawab, Pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bontobangung secara tegas membantah pemberitaan yang menyebutkan dapur mereka menyajikan tempe berjamur bagi penerima manfaat.
Dijelaskan bahwa foto yang beredar adalah kekeliruan, karena menunjukkan sampah sisa makanan yang sudah dibuang dan bukan makanan yang akan didistribusikan Seperti yang di beritakan pada media lokal Selayar Sebelumnya
Kasus tempe berjamur ini seakan menjadi cermin bahwa program bergizi tak selalu berakhir dengan gizi. Di tengah gembar-gembor janji pemerintah soal kualitas pangan anak sekolah, kenyataan di lapangan justru memperlihatkan celah pengawasan yang longgar.
Publik kini menunggu, apakah kasus ini akan benar-benar diselidiki, atau sekadar lewat seperti aroma tempe yang sudah lama terbuang.

















