Porostengah.com, Selayar – Puluhan pedagang dan nelayan yang biasa menjual ikan di pasar ikan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bonehalang Benteng hari ini Sabtu (21/1/2023) tidak beraktivitas dan mengubah areal pelelangan menjadi lokasi dadakan bakar dan makan ikan bersama. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan publik bahwa ikan yang mereka jual tidak berbahaya untuk di konsumsi.
Tak tanggung-tanggung, makan ikan bersama di lokasi PPI Bonehalang dihadiri oleh H. Saiful Arif, Wakil Bupati Kepulauan Selayar, Ir. Makkawaru, Kadis Perikanan, AKP. Hendra, Kasat Polair dan Perwira TNI Kodim 1415 serta Agus Salim, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup. Selain itu sejumlah personil Polres dan Kodim 1415 juga turut ikut menikmati makan ikan bersama di lokasi bersama para penjual, nelayan dan masyarakat umum.
“ Kehadiran saya disini menghadiri makan ikan bersama untuk meyakinkan bahwa makan ikan yang dijual tidak berbahaya untuk dikonsumsi, namun yang ditangkap dilokasi kejadian fenomena alam berubahnya warna air laut dimana banyak ikan-ikan yang mati, itu yang perlu diwaspadai, dan hati-hati untuk mengkonsumsi. Pemerintah masih menunggu hasil lab dari Makassar dan kita tidak boleh berasumsi aman atau tidak, jelas H. Saiful Arif, Sabtu (21/1/2023).
Jika ikan yang dijual dan dipastikan ditangkap diluar lokasi kejadian fenomena perubahan warna air laut, maka ikan itu aman di konsumsi, jelasnya.
Wakil Bupati Kepulauan Selayar meminta kepada masyarakat yang biasa membaca media sosial dan media pemberitaan agar bisa memilih dan memilah informasi, mengenai kejadian fenomena alam yang terjadi beberapa hari lalu.
Pantauan awak media, Wakil Bupati bersama sejumlah pejabat lainnya ikut makan bersama di areal pelelangan, berbaur bersama pedagang dan nelayan menikmati suguhan ikan bakar yang disajikan pada meja panjang yang dibuat untuk aksi mereka.
Catatan yang diterima Pewarta, para pedagang dan nelayan akan kembali membuka los jualan ikan mereka di PPI Bonehalang, setelah kegiatan tersebut dilaksanakan. Mereka berharap, tidak ada lagi kekhawatiran warga mengkonsumsi ikan jualan mereka karena diyakini bahwa hasil tangkapan nelayan yang dijual bukan berasal dari lokasi kejadian fenomena alam di Benteng Utara dan Appabatu. (R.01).