Selayar, Porostengah.com – Mobil Rescue Tagana milik Kabupaten Kepulauan Selayar yang sebelumnya dikenal sebagai armada andalan saat bencana, kini terbengkalai dan tak lagi beroperasi. Kondisi ini mendapat sorotan tajam dari Bupati LSM LIRA Selayar, yang pertanyakan keberadaan anggaran pemeliharaan kendaraan tersebut.
Mobil bertuliskan Kemensos RI itu dulunya kerap digunakan untuk mengevakuasi korban, mengangkut logistik, serta menjangkau wilayah terpencil saat terjadi bencana. Namun, sudah lebih dari setahun, kendaraan tersebut tidak pernah lagi terlihat di lapangan.
“Ini menyangkut aset negara dan keselamatan rakyat. Jika mobil itu rusak, publik berhak tahu: ke mana anggaran pemeliharaan selama ini? Apakah memang tidak dianggarkan, atau ada hal lain yang disembunyikan?” tegas Zul Bupati LIRA Selayar, Jumat (4/7/2025).
Ia juga menilai bahwa situasi ini mencerminkan kegagalan tata kelola dalam urusan kebencanaan dan transparansi anggaran di daerah.
“Jangan sampai kendaraan penting seperti ini rusak diam-diam dan hilang dari tanggung jawab. Jika ada anggaran, harus dipertanggungjawabkan. Jika tidak ada, mengapa? Ini perlu audit terbuka.”
Mobil Rescue Tagana diketahui sudah lama tidak terawat dan bahkan disebut terparkir dalam kondisi rusak di sebuah garasi instansi, tanpa aktivitas perbaikan. Beberapa sumber menyebut tidak adanya anggaran operasional dan bahan bakar menjadi alasan utama kendaraan tersebut tak lagi digunakan.
Kondisi ini turut disesalkan oleh aktivis kebencanaan dan relawan kemanusiaan. Mereka mengaku tidak bisa lagi bergerak maksimal, karena armada yang biasa digunakan tidak tersedia.
“Kalau hanya semangat relawan yang diandalkan, kami tak bisa menjangkau daerah rawan tanpa kendaraan yang layak. Mobil rusak, BBM tak ada, kegiatan kami mandek,” ujar salah satu relawan saat ditemui di Kota Benteng.
Sementara itu, Humas LIRA Selayar menyatakan bahwa pihaknya sedang mengumpulkan data dan akan mendorong lembaga pengawasan untuk menelusuri lebih jauh dugaan kelalaian dalam pengelolaan aset bencana.
“Kami mendesak agar dilakukan audit terbuka. Jangan hanya diam, apalagi pura-pura tidak tahu. Mobil ini bukan milik pribadi, tapi milik rakyat,” tegasnya.
Ketiadaan mobil Rescue Tagana dinilai sebagai simbol menurunnya kesiapsiagaan pemerintah daerah dalam menghadapi situasi darurat. Padahal, Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki karakter geografis kepulauan yang rentan dan sulit dijangkau saat bencana melanda.
Tokoh masyarakat pun menyayangkan lemahnya tanggung jawab pemerintah terkait dimana dibawah naungan Dinas Sosial Kabupaten Kepulauan Selayar atas aset vital tersebut.
“Jika memang kendaraan ini tidak bisa digunakan, maka harus diperbaiki atau diganti. Jangan sampai dibiarkan begitu saja. Ini menyangkut nyawa manusia,” ujar salah satu tokoh masyarakat di Benteng.
Di tengah meningkatnya potensi bencana, masyarakat berharap agar peran Tagana kembali diaktifkan secara maksimal, termasuk pemulihan kendaraan operasional yang selama ini menjadi ujung tombak aksi kemanusiaan.
“Tanpa mobil operasional, Tagana hanya akan jadi simbol semata. Sementara rakyat butuh aksi nyata,” pungkas Bupati LIRA Selayar.