LUWU UTARA | POROS TENGAH — Pemerintah Kabupaten Luwu Utara menggelar Dialog Yurisdiksi Kakao bertajuk “Mendorong Kakao Berkelanjutan di Indonesia Melalui Ketertelusuran dan Inklusi Petani”, Selasa (11/6). Agenda ini didukung oleh IBCSD, TFA, PISAgro, CSP, dan Solidaridad, sebagai bagian dari program global SAFE yang didanai Uni Eropa, Jerman, dan Belanda.
Luwu Utara dipilih karena kontribusinya sebagai salah satu sentra kakao nasional, menyumbang 22% PDRB daerah. Pemerintah daerah menargetkan peningkatan ekspor kakao ke Eropa dengan memenuhi standar keberlanjutan dan legalitas.
Sekda Luwu Utara, Jumar Jayair Lussa, menekankan pentingnya ketertelusuran dan kualitas produk. Uni Eropa melalui Eloise O’Carroll menyebut peluang pasar kakao terbuka lebar asal bebas deforestasi dan legal.
Direktorat Hilirisasi Perkebunan Kementan menegaskan perlunya percepatan e-STDB agar petani bisa masuk rantai pasok global. Saat ini, 90% kakao nasional berasal dari kebun rakyat.
Dialog diakhiri dengan pelatihan pengisian e-STDB untuk 31 petani dan 14 penyuluh. Solidaridad menyatakan pentingnya koordinasi lintas pihak agar Luwu Utara mampu menembus pasar ekspor secara berkelanjutan. (*)