Porostengah.com, Selayar – Tak terasa memasuki lima tahun telah berlalu sejak gempa besar mengguncang wilayah Pasilambena, Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. Meski telah cukup lama berlalu, warga di wilayah ini masih menghadapi berbagai kesulitan akibat dampak gempa yang belum sepenuhnya tertangani.
Pasilambena, yang merupakan bagian dari Kabupaten Selayar dan wilayah Indonesia, memiliki hak yang sama seperti warga lain di tanah air untuk mendapatkan perhatian pemerintah. Namun, hingga kini, bantuan yang dijanjikan untuk perbaikan rumah tinggal pascagempa tak kunjung terpenuhi.
Beberapa warga, seperti Bu Pati dan Bu Manika, masih bertahan di rumah mereka yang rusak berat. Kondisi rumah yang mereka tempati tidak aman, hanya ditopang balok kayu seadanya karena keterbatasan biaya. Meski demikian, mereka tak punya pilihan lain selain tetap tinggal di sana. 30/12/2024
Selain itu, infrastruktur pendukung seperti pemecah ombak yang sebelumnya dibangun secara gotong royong oleh warga kini mulai melemah dan dikhawatirkan tak mampu lagi menahan abrasi. Situasi ini semakin memprihatinkan, mengingat Pasilambena adalah wilayah kepulauan yang sangat rentan terhadap ancaman cuaca ekstrem dan bencana alam lainnya.
Salah satu warga Pasilambena Desa Latokdok yang rumah nya sampai hari ini di tinggali Bu Pati mengatakan kepada Pewarta 29 Desember 2024, Kami hanya bisa bertahan begini, ya karena tidak ada biaya. Bantuan yang dijanjikan belum juga datang hingga saat ini untuk memperbaiki rumah” ungkapnya
Masyarakat terdampak gempa berharap agar pemerintah segera mengambil langkah nyata untuk memenuhi janji bantuan, terutama untuk perbaikan rumah dan pembangunan infrastruktur yang lebih memadai. Mereka juga menyerukan agar perhatian yang setara diberikan kepada wilayah-wilayah terpencil seperti Pasilambena, sehingga mereka tidak lagi merasa terabaikan.
Sebagai bagian dari Indonesia, warga Pasilambena layak mendapatkan hak yang sama untuk hidup dengan aman dan sejahtera, tanpa harus terus-menerus bergulat dengan kesulitan akibat bencana yang terjadi lima tahun silam.