SELAYAR | POROSTENGAH.COM – Kasus HIV di Kecamatan Pasimarannu kembali menyita perhatian setelah UPTD Puskesmas Pasimarannu melaporkan adanya peningkatan temuan sepanjang tahun 2025. Dalam kurun satu tahun, lima kasus baru kembali terdeteksi dan menempatkan wilayah ini dalam kategori waspada.
Petugas Program HIV/AIDS Puskesmas Pasimarannu, Hasrarudin Kasnar, S.K.M, mengungkapkan bahwa pola penularan tahun ini tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
“Kasus yang kami temukan didominasi hubungan seksual, penularan dari ibu ke anak, serta hubungan sesama jenis. Kami terus melakukan deteksi dini dan edukasi kepada masyarakat,” ujarnya.
Hasrarudin menambahkan, upaya pencegahan terus dilakukan melalui skrining, konseling, dan kampanye edukasi. Namun tantangan terbesar masih pada rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan secara sukarela.
Dari tingkat kabupaten, seorang pejabat Dinas Kesehatan Kepulauan Selayar menegaskan bahwa isu HIV harus ditangani secara hati-hati, terlebih Selayar merupakan salah satu daerah yang aktif menerima kunjungan dari luar.
Menurutnya, meski kesehatan masyarakat harus menjadi prioritas utama, komunikasi publik tetap perlu dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan kekhawatiran berlebihan, baik bagi warga maupun pelaku wisata.
Ia menjelaskan bahwa setiap Puskesmas telah menjalankan program penanggulangan HIV, termasuk tes, pendampingan, serta pengobatan berkelanjutan bagi pasien.
Pejabat Dinkes juga menyoroti pentingnya komitmen para pemangku kepentingan, terutama kepala Puskesmas, dalam memastikan adanya alokasi anggaran untuk kegiatan sosialisasi dan edukasi rutin. Selain itu, dibutuhkan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang disepakati lintas program dan lintas sektor agar pencegahan dapat berjalan lebih terstruktur.
“Kita tidak bisa menutup mata dengan kondisi di lapangan. Intinya, kita harus bergerak bersama,” tegasnya.
Masyarakat Diminta Tingkatkan Kesadaran
Puskesmas Pasimarannu mengimbau masyarakat untuk tidak ragu melakukan pemeriksaan dini, terutama bagi mereka yang merasa memiliki risiko. Edukasi terkait pola penularan juga terus digencarkan mengingat sebagian besar kasus ditemukan pada kelompok usia produktif.



















