Porostengah.com, Kepulauan Selayar – Salah satu daerah yang bergantung pada sektor perikanan, kini semakin menghadapi tantangan berat. Meski ada subsidi untuk sektor penerbangan, harga bahan bakar minyak (BBM) yang menjadi kebutuhan pokok para nelayan tetap tak terjangkau. Kondisi ini mendapat sorotan tajam dari Wakil Rakyat Kepulauan Selayar, Arsil Ihsan.
“Ini sangat perlu diperhatikan dengan serius, bukan hanya soal harga, tetapi yang terpenting adalah ketersediaannya. Nelayan sangat bergantung pada BBM untuk melaut. Jika distribusi dan harganya tak stabil, maka roda perekonomian masyarakat akan terhambat,” tegas Arsil Ihsan.
Ia menambahkan bahwa pemerintah memang terikat oleh regulasi, namun harus ada langkah konkret yang menunjukkan kehadiran pemerintah di tengah beban warganya. “Regulasi penting, tapi kewajiban pemerintah untuk hadir di tengah kesulitan rakyatnya juga harus nyata, tidak hanya sebatas teori,” lanjutnya.
Di saat yang sama nelayan di Selayar, Ahmad, mengungkapkan, “Pemerintah sudah baik memberikan subsidi penerbangan, tapi kami berharap perhatian juga diberikan kepada nelayan yang sampai saat ini masih kesulitan karena harga BBM. Subsidi BBM untuk nelayan sangat diperlukan agar kami bisa melaut dengan lebih tenang.”
Namun, di sisi lain, nelayan setempat masih menghadapi masalah serius terkait harga bahan bakar minyak (BBM). Meskipun subsidi penerbangan memberikan secercah harapan bagi peningkatan ekonomi daerah, harga BBM bagi nelayan tetap bertahan di angka yang tinggi. Banyak nelayan mengeluhkan biaya operasional melaut yang terus membengkak akibat kenaikan harga BBM. Setidaknya ada gerakan untuk membantu penyiapan dengan harga terjangkau dan tidak mahal.
Masalah ini menunjukkan perlunya perhatian lebih dari pemangku kebijakan untuk memastikan nelayan dapat terus beroperasi dan berkontribusi pada perekonomian daerah. Dengan semakin mahalnya BBM, banyak nelayan di Kepulauan Selayar khawatir akan keberlanjutan usaha mereka dalam jangka panjang.