PMB UM Bulukumba BRI KCP RATULANGI
BRI KCP RATULANGI

‎Suhardi Kasman, Sumpah Pemuda Baru: Navigasi Tantangan Digital Menuju Indonesia Emas 

Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, seharusnya tak hanya menjadi seremonial tahunan untuk mengenang spirit pemersatu para pendahulu. Lebih dari itu, ia adalah momentum refleksi kritis bagi generasi muda hari ini, yang menghadapi tantangan jauh berbeda—namun tak kalah mendesak—dari ancaman kolonialisme fisik. Tantangan pemuda di era modern ini adalah menavigasi disrupsi teknologi, ketidakpastian ekonomi global, dan krisis identitas di tengah derasnya arus informasi.

BRI KCP Ratulangi PT. MASMINDO DWI AREA BROSUR PMB UM BULUKUMBA 2025 KPU PALOPO iklan berbayar Dirgahayu 27 Tahun Masmindo Dwi Area Pengumuman Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Palopo Tahun 2024 Pasca Putusan MK

‎Disrupsi Digital dan Kesenjangan Keterampilan

‎Semangat “satu nusa, satu bangsa, satu bahasa” pada 1928 adalah respons atas upaya penjajah memecah belah. Hari ini, ancaman perpecahan datang dalam bentuk kesenjangan digital dan banjir informasi.

‎Transformasi teknologi yang cepat, terutama hadirnya Kecerdasan Buatan (AI) dan robotika, menciptakan kebutuhan akan keterampilan baru (future skills) yang belum tentu terwadahi oleh kurikulum pendidikan konvensional. Pemuda dihadapkan pada dilema: menjadi korban disrupsi pekerjaan akibat otomatisasi atau menjadi agen perubahan yang memanfaatkan teknologi untuk menciptakan peluang baru. Minimnya akses pendidikan merata dan literasi digital yang rendah di beberapa daerah semakin memperlebar jurang, menghasilkan generasi yang tergantung pada teknologi alih-alih menguasainya.

‎Pemuda masa kini harus mengikrarkan ‘Sumpah’ baru: “Kami, pemuda Indonesia, bertekad menguasai literasi digital, mengasah keterampilan kritis, dan memanfaatkan teknologi untuk kemajuan, bukan perpecahan.” Ini menuntut inisiatif pribadi untuk terus belajar (lifelong learning) dan pemerintah untuk memastikan pemerataan akses serta kualitas pendidikan yang relevan dengan kebutuhan industri 4.0 dan 5.0.

‎Krisis Lapangan Kerja dan Semangat Wirausaha

‎Tantangan ekonomi menjadi tembok besar lainnya. Keterbatasan lapangan pekerjaan konvensional, ditambah dengan tuntutan sosial yang tinggi, menciptakan tekanan mental dan stres. Pemuda sering kali terjebak dalam ekspektasi untuk segera mapan, padahal realitas pasar kerja sangat fluktuatif.

‎Di sinilah semangat Sumpah Pemuda dalam konteks mandiri dan berdikari harus dihidupkan kembali. Jika para pemuda 1928 berani memimpikan negara merdeka di bawah tekanan, pemuda hari ini harus berani berwirausaha dan menciptakan lapangan kerja alih-alih hanya mengandalkan formasi yang tersedia. Peluang di sektor ekonomi digital, teknologi hijau, dan industri kreatif sangat luas, namun minimnya ekosistem pendukung dan modal masih menjadi kendala.

‎Kita perlu mendorong perubahan pola pikir, dari mencari pekerjaan menjadi menciptakan nilai. Hanya dengan ketangguhan dan jiwa kewirausahaan, pemuda dapat menghadapi dinamika ekonomi global dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

‎Erosi Identitas dan Tantangan Kebangsaan

‎Globalisasi dan media sosial membawa tantangan terhadap identitas kebangsaan dan persatuan. Generasi muda rentan terhadap krisis identitas, terombang-ambing antara budaya lokal dan pengaruh global yang masif.

‎Sementara Sumpah Pemuda berhasil menyatukan perbedaan etnis, agama, dan bahasa di bawah panji “satu bangsa”, hari ini media sosial justru rawan menjadi medan perpecahan baru, diselimuti oleh hoax, polaritas politik, dan tekanan sosial yang tinggi. Kurangnya figur teladan juga memperparah kondisi, membuat pemuda kehilangan kompas moral dalam menentukan arah.

‎Maka, memaknai Sumpah Pemuda kini adalah tentang menjaga kearifan lokal sambil terbuka terhadap budaya global yang positif. Pemuda harus menjadi garda terdepan dalam menjaga inklusivitas, kesetaraan, dan keberagaman dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Patriotisme dan Gotong Royong yang merupakan warisan luhur bangsa.

‎*Kesimpulan: Membangun Jembatan ke Masa Depan*

‎Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah pondasi. Kini, tugas generasi muda adalah membangun jembatan dari pondasi tersebut menuju masa depan. Tantangan hari ini literasi digital, ketidakpastian ekonomi, dan ancaman disintegrasi sosial menuntut pemuda untuk tidak hanya bersatu, tetapi juga beradaptasi, kreatif, dan berintegritas.

‎Pemuda harus bangkit, merebut kembali narasi masa depan. Bukan hanya menuntut perubahan, tetapi menjadi motor penggerak perubahan itu sendiri. Selamat Hari Sumpah Pemuda. Marilah kita wujudkan janji para pendahulu: Bersatu, Bergerak, Wujudkan Kejayaan Indonesia.

PT. MASMINDO DWI AREA
PMB UM Bulukumba
error: Content is protected !!