Kedai Kopi Mekar

Dari Ilha Desolas Hingga Karamnya Armada Fernao Ortiz Di Selayar

Ilustrasi kapal layar Portugis (wikimedia commons)

Bawaslu Selayar

Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang menginjakkan kaki di Nusantara. Setelah menaklukkan Malaka pada tahun 1511, penghuni Semenanjung Iberia ini mengunjungi Maluku setahun berikutnya demi kepentingan utama mereka: rempah-rempah.

Ilha Desolas

Perjalanan pelaut Portugis bolak-balik antara Malaka dan Maluku tentunya melintasi Perairan Selayar sebagai salah satu rute pelayaran saat itu. Tidak berlebihan jika Portugis menjadi bangsa Eropa pertama yang mencatat nama Selayar. Dalam peta mereka Pulau Selayar dinamakan “Ilha Desolas” yang dalam bahasa Portugis artinya, Pulau Desolas.

J. A. J de Villiers, penerjemah buku The East and West Indian Mirror (1906) karya Joris Van Spilbergen menjelaskan bahwa, yang dimaksud Desolas memang Pulau Selayar walaupun penamaannya kurang tepat. Desolas sendiri mengacu ke Tanjung Lassa di Pesisir Bira.

Selanjutnya sumber Portugis mencatat keberadaan penduduk Muslim di Selayar. Dalam Kumpulan makalah Pertemuan Ilmiah Arkeologi ke-IX, Kediri, 23-28 Juli 2002 tertulis bahwa, ketika orang Portugis mengunjungi Pelabuhan Siang, mereka mendapat penjelasan bahwa pedagang-pedagang Melayu Muslim dari Patani, Pahang dan Ujung tanah telah tinggal di Selayar sejak tahun 1480.

Walau demikian, baru pada tahun 1573 orang Portugis menjejakkan kaki di Pulau Selayar. Kala itu sebuah armada yang dipimpin Kapten Fernao Ortiz de Tavora dalam perjalanan dari Maluku ke Malaka mengalami kekurangan air dan mencoba merapat ke Selayar. Nahas, kapalnya tiba-tiba dihantam badai yang disebut “badai barat daya” sehingga harus meminta pertolongan penduduk setempat. Dengan menumpangi perahu sewaan, Ortiz dkk berangkat ke Makassar dan dengan pertolongan pangeran Makassar, mereka balik ke Malaka.

Peristiwa dan kesan orang Portugis tentang para penolongnya ini diungkapkan oleh Pieter Anton Tiele dalam De Europeërs in den maleischen archipel (1877). “Orang-orang barbar ini tidak kekurangan belas kasihan dan bahwa kesengsaraan yang diderita Portugis di tempat lain adalah kesalahan mereka sendiri, ” tulis Tiele mengutip sejarawan Portugis De Diogo de Couto.

De Couto sendiri mencatat tentang karamnya kapal Fernao Ortiz di Selayar dalam bukunya Da Asia decada 9 (terbit 1786). Di dalamnya, Couto tidak menulis lagi Selayar dengan “Ilha Desolas” tetapi “Ilha Do Salazar” (Pulau Salazar)

(Amrang Amir)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Penulis: Amran Tripel AEditor: Nur Kamar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!