POROSTENGAH, SELAYAR – Harga bahan bakar minyak (BBM) di wilayah kepulauan Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, melonjak tajam dalam sepekan terakhir. Di Kecamatan Pasimasunggu dan Pasimasunggu Timur, harga Pertamax dilaporkan tembus Rp25.000 per liter di tingkat pengecer.
Tak hanya mahal, warga juga kesulitan mendapatkan pasokan BBM. Kelangkaan ini terjadi di Pulau Jampea yang merupakan wilayah utama dari dua kecamatan tersebut.
Kondisi serupa juga terjadi di Kecamatan Takabonerate. Harga BBM untuk nelayan mencapai Rp14.000 per liter, sedangkan solar untuk kebutuhan pembangkit listrik bahkan melampaui angka Rp20.000 per liter. Solar tersebut diketahui dipasok dari Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sinjai.
Situasi ini mendapat sorotan dari anggota DPRD Kepulauan Selayar, Arsil Ihsan. Ia menilai pemerintah belum hadir secara maksimal dalam menjamin keadilan distribusi energi, terutama di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
“Ini bukan sekadar masalah ekonomi, tapi menyangkut keadilan. Warga di pulau-pulau juga bagian dari Republik. Mereka berhak mendapatkan BBM dengan harga yang wajar,” ujar Arsil, Jumat (13/6/2025).
Menurutnya, mahalnya harga BBM di Takabonerate dan wilayah kepulauan lainnya disebabkan minimnya jalur distribusi dan belum adanya sistem logistik khusus untuk kawasan terpencil.
Arsil meminta Pertamina, Pemprov Sulsel, dan BPH Migas untuk segera turun meninjau kondisi di lapangan. Ia juga mendorong perluasan program SPBU Kompak dan BBM Satu Harga ke pulau-pulau kecil seperti Takabonerate.
“Kalau terus dibiarkan, masyarakat makin tertinggal. BBM mahal artinya biaya hidup naik, nelayan tidak bisa melaut, roda ekonomi tersendat,” tegasnya.
Ia menambahkan, perlu ada sinergi nyata antara pemerintah daerah, pusat, dan legislatif dalam merumuskan kebijakan afirmatif yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat kepulauan.
“Pembangunan tidak boleh hanya berpusat di daratan. Pulau-pulau juga perlu diperhatikan,” tutup Arsil.